Derita Anak Exchange Students
Siapa bilang jadi anak exchange student enak?
Nggak selamanya yang anda dengar itu benar, dan nggak selamanya yang anda impikan itu adalah sebuah kebenaran...
Dulu saya begitu memimpi-mimpikan hidup di luar negri dengan segala keindahan, daya tarik, dan kemajuannya. Saya berambisi ingin hidup dalam 'dunia yang sempurna', sebagaimana lewat televisi dan buku-buku selalu ditampilkan keindahan Eropa, kemajuan Amerika, dan keuletan Jepang. Tapi sekarang, setelah hampir3 bulan hidup di tanah Amerika (Tanah Liberty, O'er The Land of The Free) saya merasakan betul bagaimana Indonesia itu begitu berharga di hati seorang anak kecil yang lahir di tanah ibu Pertiwi.
Mulai dari masalah agama, tradisi cultural, point of view, makanan, tenggang rasa, sensitivitas, kepercayaan diri, hubungan dengan sesama, hingga kepribadian.
Dalam kesempatan ini saya ingin berbagi tentang rasa tidak-enak terhadap hostfamily saya di sini.
Saya tinggal bersama keluarga Biegeleisen-Kraince, keluarga sederhana yang taraf pendidikannya tinggi. Mereka sudah pernah tinggal di Indonesia lama dan tahu betul seluk-beluk budaya kita. Meskipun Rick, hostdad saya belum mendapatkan pekerjaan tetap untuk mengajar di Ohio University, mereka selalu memberikan kebutuhan buat saya. Beberapa waktu yang lalu Rick mencoba untuk melamar kerja di beberapa universitas seperti Ohio State university di Colombus -Ohio- dan University of Mexico di Meksiko. Sherri, istrinya turut membantu sang suami dengan mengikuti kursus di Hocking College untuk menjadi guru di elementary school. Kedua anak mereka, Sofia (8 thn) dan Calder (5 thn) mengikuti program Homeschooling dibawah arahan Sherri.
Saya sadar betul kok bahwa mereka tengah menghadapi krisis keuangan yang besar. Tapi mereka selalu berusaha untuk melayani saya dengan baik. Minggu pertama saya di sini Rick mengajak saya berputar-putar keliling Athens (bahkan sampai masuk wilayah The Plains yg terhitung daerah di luar Athens city) untuk membelikan saya sepeda di Yard Sale. Saya dibelikan baju di New To You (toko barang secondhand, tapi masih dlm kualitas yang lumayan bagus), celana dan beberapa jaket serta pakaian yang tadinya milik Rick. Kecap ABC dan indomie dari Asian Market, hingga dasi kupu-kupu merah yang saya kenakan dalam konser Symphonic Choir Athens High School juga pemberian dari Sherri. Yang paling membuat saya terharu adalah ketika Idul Fitri, mereka memberikan saya kado. Kado hijau yang terbungkus rapi di atas 'spot' saya di meja makan. Isinya hanya kartu ucapan, baju koko putih (yang kelihatanya bekas punya Rick waktu di Indonesia dulu), serta kaos Ohio University Bobcats abu-abu yang selama ini selalu ingin saya beli jika lewat di depan etalase toko baju Follet.
Siapa bilang jadi anak exchange student enak?
Nggak selamanya yang anda dengar itu benar, dan nggak selamanya yang anda impikan itu adalah sebuah kebenaran...
Dulu saya begitu memimpi-mimpikan hidup di luar negri dengan segala keindahan, daya tarik, dan kemajuannya. Saya berambisi ingin hidup dalam 'dunia yang sempurna', sebagaimana lewat televisi dan buku-buku selalu ditampilkan keindahan Eropa, kemajuan Amerika, dan keuletan Jepang. Tapi sekarang, setelah hampir3 bulan hidup di tanah Amerika (Tanah Liberty, O'er The Land of The Free) saya merasakan betul bagaimana Indonesia itu begitu berharga di hati seorang anak kecil yang lahir di tanah ibu Pertiwi.
Mulai dari masalah agama, tradisi cultural, point of view, makanan, tenggang rasa, sensitivitas, kepercayaan diri, hubungan dengan sesama, hingga kepribadian.
Dalam kesempatan ini saya ingin berbagi tentang rasa tidak-enak terhadap hostfamily saya di sini.
Saya tinggal bersama keluarga Biegeleisen-Kraince, keluarga sederhana yang taraf pendidikannya tinggi. Mereka sudah pernah tinggal di Indonesia lama dan tahu betul seluk-beluk budaya kita. Meskipun Rick, hostdad saya belum mendapatkan pekerjaan tetap untuk mengajar di Ohio University, mereka selalu memberikan kebutuhan buat saya. Beberapa waktu yang lalu Rick mencoba untuk melamar kerja di beberapa universitas seperti Ohio State university di Colombus -Ohio- dan University of Mexico di Meksiko. Sherri, istrinya turut membantu sang suami dengan mengikuti kursus di Hocking College untuk menjadi guru di elementary school. Kedua anak mereka, Sofia (8 thn) dan Calder (5 thn) mengikuti program Homeschooling dibawah arahan Sherri.
Saya sadar betul kok bahwa mereka tengah menghadapi krisis keuangan yang besar. Tapi mereka selalu berusaha untuk melayani saya dengan baik. Minggu pertama saya di sini Rick mengajak saya berputar-putar keliling Athens (bahkan sampai masuk wilayah The Plains yg terhitung daerah di luar Athens city) untuk membelikan saya sepeda di Yard Sale. Saya dibelikan baju di New To You (toko barang secondhand, tapi masih dlm kualitas yang lumayan bagus), celana dan beberapa jaket serta pakaian yang tadinya milik Rick. Kecap ABC dan indomie dari Asian Market, hingga dasi kupu-kupu merah yang saya kenakan dalam konser Symphonic Choir Athens High School juga pemberian dari Sherri. Yang paling membuat saya terharu adalah ketika Idul Fitri, mereka memberikan saya kado. Kado hijau yang terbungkus rapi di atas 'spot' saya di meja makan. Isinya hanya kartu ucapan, baju koko putih (yang kelihatanya bekas punya Rick waktu di Indonesia dulu), serta kaos Ohio University Bobcats abu-abu yang selama ini selalu ingin saya beli jika lewat di depan etalase toko baju Follet.
Sofia, Sherri, dan Calder (Ulang tahun Sherri, Oct. 2007)
Saya sadari kondisi ini dan saya berusaha untuk bersikap sopan dan ceria, qonaah terhadap apapun yang terjadi (meskipun seringkali saya merasa sial atau kesal di dalam hati). Saya menemani Sofia bermain piano, mendengarkan Calder tentang cerita Bioniclesnya, bermain "Where's Harry Want To Live?" ciptaan kami sendiri dengan menggunakan globe, atau bermain tebak-tebakan dalam bahasa spanyol dan Indonesia (keduanya dapat memahami bahasa Indonesia sedikit-sedikit, karena dulu mereka pernah tinggal di indonesia).
Mereka dengan senang hati menjemput saya di Alden Library Ohio University jika keasyikan main komputer sampai hari gelap, mengantar saya menonton Art and Blues Festival di Foothills, jalan-jalan ke Nelsonville pool, hingga ke Cleveland. Cleveland adalah kota besar di utara Ohio, kampung halaman Rick yang juga terkenal sebagai kampung halaman Rock n' Roll dengan Rock n' Roll Hall of Fame-nya. Saya bertemu dengan Nenek Kraince serta saudari-saudari Rick yang lain. Mereka sangat ramah dan baik.
Waktu tak disangka berlalu cepat. Mereka hanyalah hostfamily temporary saya untuk 6 minggu. Namun karena Daniel Mcbrayer (local coordinator PAX) belum menemukan keluarga permanen buat saya, mereka terus mengundur waktu. Awalnya saya merasa tidak enak dan ingin cepat-cepat pergi dari rumah mereka. Akan tetapi rasa kasih-sayang dan keakraban yang terjadi meluluhkan hati saya. Saya tidak mau pergi dari rumah ini! Saya tidak mau pergi dari 70 Hudson Avenue! Saya suka kamar saya walaupun tidak ada heather-nya dan dipenuhi oleh barang-barang hasil kerajinan tangan Sherri. Saya suka ketika mengerjakan PR dibantu oleh mereka sehabis dinner di meja makan (terutama PR English Honors, Spanish, dan Psychology). Saya suka mendengarkan dentingan piano sewaktu Rick memainkan 'Dill Pickles' atau ketika Sofia memainkan 'Pirate of the Sea' untuk rehearsel recital piano pertamanya. Saya suka rumah ini, dekat dengan Athens Public Library serta jalan yang cepat menuju Bike Path. Tempat kami biasa mengajak Emmy (anjing keluarga ini) jalan-jalan di tepi Hocking River ketika matahari mulai terbenam. Saya suka ketika berjalan beriringan bersama Connor dan Jeremiah, tetangga di Hudson Avenue, sepulang sekolah atau ketika kami saling menyapa sambil menunggu school bus di ujung Elmwood st.
Ketika Sherri ulang tahun saya pun sempat memberikanx kado. Sebuah buku kecil dengan corak yg amat mirip batik. Harganya hanya 10 dollar, tdk cukup membalas kebaikanx utk bangun pagi2 dan menyiapkan breakfast serta bekal lunch untuk saya.
Akhirnya November 19, 2007 tepat 2 hari sebelum Thanksgiving, Daniel menjemput saya. Untuk sementara saya akan tinggal di apartemennya hingga menemukan keluarga yang tepat. Waktu itu kami baru saja selesai makan malam. Sayur Thailand dan tahu, masakan keahlian Sherri. Sofia dan Calder sedang mandi. Sherri membersihkan meja makan dan Rick duduk di depan komputer, ketika Emmy tiba-tiba menyalak pertanda ada seseorang di depan pintu rumah.
Saya berusaha tegar dan tersenyum, terlihat senang akhirnya waktu ini tiba juga. Barang bawaan saya banyak sekali, Sherri, Daniel, dan Rick membantu mengangkatnya. Padahal tanggal 8 agustus 2007 ketika saya pertama kali datang cuma bawa koper dan dua tas. Sekarang, baru beberapa minggu di sini, barang2 saya bertambah. Bukan barang2 baru sih, kebanyakan barang bekas yg keluarga ini berikan ke saya. Saya masih tersenyum. Dalam hati; nah sekarang kamu senang kan! akhirnya yang selama ini kamu nanti-nanti, yang kamu doakan terkabul! Kamu nggak bakal tinggal di rumah keluarga miskin ini lagi!
Semua sudah siap. Koper dan tas sudah masuk bagasi mobil Daniel. Sherri dan Rick membantu mengangkat barang. Sofia dan Calder masih berendam di bath-tub. Saya masih tersenyum. tapi aneh sekali, saya merasakan sensasi aneh di dada saya. Rasanya perih sekali. Saya masih tersenyum, tapi tidak berani melihat wajah Rick atau pun Sherri. Ketika tiba-tiba Sherri memeluk saya dan Rick menjabat tangan saya sambil berkata, "well, this is the time... but you are still our family!" Tiba-tiba air mata kanan saya mengalir. Saya tidak bisa berkata apa-apa, air mata saya terus mengalir, disusul mata yang sebelah kiri. Saya terus berdiri dan memandang mereka dengan sensasi aneh itu (masih tidak bisa berkata apa-apa) dengan air mata hangat yang meluap-luap. Dalam hati saya bertanya;
-Kenapa sih mereka tidak mau jadi hostfamily permanent saya?
Bukan, bukan tidak mau. Tapi tidak bisa. Mereka mau kok, hanya saja kamu tahu sendiri kan mereka punya masalah keuangan. Doakan saja Rick dapat pekerjaagn yang di Meksiko itu!
-Kenapa sih harus di saat-saat menjelang Thanksgiving?
Mereka kan mau pergi ke Baltimore, ke tempat keluarganya Sherri. Lagipula Daniel kan memutuskan waktu untuk pergi, mengingat Rick sekeluarga selalu mengundur waktu supaya dia bisa mendapatkan keluarga untuk kamu.
-Kenapa sih mereka begitu baik pada saya, padahal saya tidak puas terhadap apa yang mereka lakukan untuk saya?
Itu karena mereka adalah keluarga Biegeleisen-Krainde. Hostfamily terbaik di muka bumi.
Bukan, bukan tidak mau. Tapi tidak bisa. Mereka mau kok, hanya saja kamu tahu sendiri kan mereka punya masalah keuangan. Doakan saja Rick dapat pekerjaagn yang di Meksiko itu!
-Kenapa sih harus di saat-saat menjelang Thanksgiving?
Mereka kan mau pergi ke Baltimore, ke tempat keluarganya Sherri. Lagipula Daniel kan memutuskan waktu untuk pergi, mengingat Rick sekeluarga selalu mengundur waktu supaya dia bisa mendapatkan keluarga untuk kamu.
-Kenapa sih mereka begitu baik pada saya, padahal saya tidak puas terhadap apa yang mereka lakukan untuk saya?
Itu karena mereka adalah keluarga Biegeleisen-Krainde. Hostfamily terbaik di muka bumi.
Selamat tinggal, Biegeleisen-Kraince!
Selamat jalan 70 Hudson Avenue!
Mudah-mudahan kita bisa ketemu lagi ya...
Maaf kalau anakmu yang satu ini nakal dan banyak merepotkan,
maaf...
I Love You, I love all of you!
PS: One week before i moved, Rick asked Sofia;
"Sofia, will you visit your big brother in Makassar someday?"
Sofia said, "Yes, I will visit Ahlul someday!"
"Promise!"