Friday, August 23, 2013

Rammang-Rammang, Maros - Sulawesi Selatan: When South China met with the Amazon River

Senin, 12 Agustus 2013.

Liburan Idul Fitri ini saya pulang ke Makassar.
Suatu pagi, saya beserta dengan sahabat-sahabat gaul saya di Makassar: Diku, Rijal, Amel, Sam, Fitt dan Rafika menemukan sepotong "surga tersembunyi" di belantara Maros. Kabupaten yang sebelumnya hanya dikenal karena bandara serta tempat wisata air terjun dan taman kupu-kupu Bantimurungnya ini ternyata menyembunyikan "Cina Selatan dan Sungai Amazon" di pedalamannya.

Malam sebelumnya, saat mengajak teman-teman ke sana -info mengenai tempat wisata ini saya dapat dari sebuah situs backpacker-, saya sudah menginstruksikan mereka untuk mencari tahu mengenai jajaran karst di Maros yang telah diakui oleh UNESCO sebagai World Heritage Site. Jajaran pegunungan karst ini membentang sepanjang 4.700-an hektare, membuatnya sebagai karst kedua terpanjang di dunia setelah karst di Cina Selatan. Saat itu reaksi teman-teman saya adalah seperti ini:

Amel --> "Sudah mi kutanya paceku. Batu-batu begitu ji."
Diku --> "Aaaah... ndak mau ka'! Mau ka' berenang di Bantimurung! Mau ka' berenang!"
Rijal --> "Apa itu kah? Belum pa google ki."

Setelah sekitar 40 menitan kami berkendara dengan mobilnya Amel melewati jalan menuju Bantimurung, lurus hingga kemudian berbelok di jalan masuk menuju tambang semen Bosowa, lalu belok kiri ke Desa Salenrang dan kemudian diarahkan oleh warga menuju ke Dusun Berau tempat situs Rammang-Rammang berada; teman-teman saya itu pun melotot dengan mulut ternganga. Tidak saja kami dapat bertualang dengan sejenis perahu tradisional Bugis-Makassar bernama lepa-lepa (yang kami sewa bertujuh pulang-pergi, ditunggui selama 3 jam, dengan tarif sebesar Rp 200.000,00), kami juga bertemu dengan Daeng Beta, seorang penduduk lokal yang mengarahkan kami menuju gua-gua prasejarah tersembunyi. Gua-gua tersebut berumur lebih tua daripada situs Gua Leang-Leang (juga masih berada di daerah kabupaten Maros) serta pada dindingnya terdapat bekas-bekas telapak tangan dan mata panah purba dari tulang binatang. Sayangnya, beberapa peneliti dari Australia mengambil artefak-artefak bersejarah itu kembali ke negara mereka :/

Singkat kata, jika ingin berpetualang ke tempat baru dengan suasana dan pemandangan ala-ala alam raya luar negeri (Cina Selatan dan Sungai Amazon), nggak usah nabung lama-lama deh. Segera ke Maros, Sulawesi Selatan. Because dude, that place is AWESOME!!!