Tim KKN UGM yang saya rintis insya Allah akan berangkat ke pulau berjuluk "Tana Doang" ini bulan Juli 2012. Kami akan menghabiskan waktu selama 40 hari di sana, membaktikan ilmu kami langsung kepada masyarakat sekitar yang membutuhkan bantuan. Kenapa Selayar? Saya sendiri sebenarnya belum pernah menginjakkan kaki di pulau itu selama 5 tahun tinggal di Makassar. Salah seorang sahabat baik saya di SMP berasal dari Pulau Selayar. Yang terbayang jika mendengar nama itu adalah hasil laut yang melimpah, kapal nelayan, emping manis, Takabonerate, dan black magic.
Semenjak diterima di Universitas Gadjah Mada dan mendengar program KKN, saya sudah membulatkan diri untuk tidak ber-KKN di Pulau Jawa. Saya ingin KKN, membuktikan ilmu saya dapat diaplikasikan di daerah lain di nusantara, yang setertinggal-tertinggalnya suatu wilayah di Pulau Jawa, di sana masih lebih membutuhkan lagi uluran tangan kami. Awalnya sih sempat berminat untuk KKN di Batam, namun di tengah jalan saya mengurungkan niat tersebut. Saya ingin berguna bagi kampung halaman. Saya ingin membalas tanah nenek moyang saya (meskipun selama 21 tahun hidup di dunia saya sendiri baru tinggal selama 5 tahun di sana). Maka dari itu, Sulawesi Selatan pun saya canangkan sebagai daerah tujuan KKN. Dan Selayar menjadi targetnya, bukan tanpa sebab, tapi setelah menghabiskan waktu selama 2 bulan untuk mencari-cari lokasi yang tepat.
Team KKN UGM ke Selayar diliput oleh Harian Fajar, salah satu media partner kami |
Singkat cerita, sejak Oktober 2011 kami telah berupaya untuk menyusun proposal, mengumpulkan anggota, membuat program, mencari dosen pembimbing, serta mengusahakan mitra/sponsor. Libur Februari kemarin menjadi saat-saat yang menentukan dimana kami harus membawakan proposal untuk ijin lokasi langsung ke Sekretaris Daerah Kab. Kepulauan Selayar serta mencari dana melalui sponsorship di kota Makassar. Lalu, apa saja detail kegiatan Team Survey yang beranggotakan 4 orang ini (Ahlul, Calvin, Kamil, dan Eka)? Monggo disimak...
Rabu, Februari 8, 2012
-Alhamdulillah, cuaca cerah. Meskipun sempat empot-empotan sama Merpati gara-gara tiket promo saya dimajukan sehari, saya bersyukur sebab dengan demikian waktu bersantai di rumah bertambah hehe. Selepas dhuhur rekan Ran dan Fit bertandang ke rumah untuk membicarakan Lontara Project. Malam harinya, sekita jam 23.00 WITA saya, bapak, dan Rani menjemput Calvin dan Eka di Bandara Sultan Hasanuddin. Calvin ternganga ketika mengetahui Makassar punya jalan tol! Hahaha, selama ini yang ada di kepalanya Makassar bersinonim dengan wilayah yang tergolong "remote" dan penduduknya barbarik karena suka tawuran. Wuits, jangan salah le! Makassar yang jadi salah satu kota metropolitan di Indonesia ini dijuluki "Ratu Indonesia Timur", bandar raya yang menjadi pusat perdagangan internasional bahkan sebelum bangsa Eropa menjajah Indonesia. Malam itu juga mereka kami jamu dengan "Mie Titi" makanan khas Makassar berupa mie kering yang disiram oleh kuah seafood dan nyuknyang. Yumm!
Menunggu di Wisma Kalla |
Kamis, Februari 9, 2012
-Sekitar jam 8 pagi kami sudah rapi berseragam jas almamater. Calvin memberanikan diri untuk membawa mobil bapak keliling kota Makassar dengan saya sebagai navigatornya. Tujuan pertama kami ialah Kantor Gubernur Sulsel. Di sana kami disambut dengan positif, namun kabar mengenai diterima atau tidaknya permohonan bantuan dana kami baru dapat diberitakan beberapa minggu kemudian. Kami lalu tancap gas menuju Wisma Kalla. Sekitar jam makan siang Kamil mendarat di Bandara Sultan Hasanuddin dari Jakarta, karena jarak dari pusat kota ke bandara lumayan jauh, walhasil Kamil harus naik taksi ke rumah saya dan menunggu kami pulang. Sore itu hujan mengguyur Makassar dengan deras. Saya, Eka, dan Calvin yang sedari siang berkeliling kota satelit Tanjung Bunga untuk mencari Gowa Tourism Makassar tak kunjung mendapatkan tempat yang dituju, sehingga kami pun memutuskan untuk berteduh sebentar di Trans Mall. Setelah hujan reda kami kembali ke daerah Panakkukang (rumah saya) dan bertemu Kamil. Malamnya kami menyambut Kamil dengan hidangan Coto Daeng Bagadang di belakang Mall Panakkukang.
-Hari Sabtu kami berkeliling beberapa tempat untuk memasukkan proposal, seperti PT. Vale (Inco), Harian Fajar, dan Walhi. Pagi dimulai dengan kunjungan ke Unhas, sebab saya dan Ran telah membuat janji dengan Ibu Nurhayati Rahman di Pusat Studi La Galigo. Calvin dan Kamil berkeliling Unhas sambil menunggu kami selesai berdiskusi, sementara Eka mengikuti saya dan Ran menemui Bu Nurhayati. Apa saja yang kami lakukan di Pusat Studi La Galigo dan Jurusan Sastra Daerah Unhas? Simak tulisannya di http://lontaraproject.com/101-la-galigo/kerja-sunyi-para-pejuang-la-galigo/. Malamnya kami tutup dengan berjalan-jalan di sekitar daerah Pettarani, menyaksikan Phinisi Tower UNM, lalu makan Terang Bulan sambil nonton film di kamar saya.
Sabtu, Februari 11, 2012
-It's Free Time! Hari ini anak-anak Team Survey yang sudah 2 hari full keliling Makassar untuk menyebar-nyebar proposal mendapatkan jatah mereka untuk bersenang-senang. Kami main di Trans Studio seharian. Ada saja kejadian kocak yang terjadi, termasuk ketika kami masuk "Derings", atau ketika Calvin ikut acara Gombal Gila di tengah Trans Studio hanya untuk mempermalukan dirinya sendiri (dan bahkan tidak mendapatkan hadiah yang telah dijanjikan). Malamnya kami tutup dengan siap-siap packing ke Selayar.
Minggu, Februari 11, 2012
-Tepatnya pukul 09.00 WITA dari Terminal Mallengkeri di pinggiran kota Makassar kami naik bus "Sumber Mas Murni" menuju Pulau Selayar. Busnya besar, ber-AC, dan bagus. Hanya saja, mungkin karena sedang musim liburan, bus kami penuh sesak dengan orang-orang yang hendak kembali ke Selayar. Ada yang membawa beras, beragam buah-buahan, dan kerdus-kerdus. Perjalanannya menyenangkan karena pemandangan alam dari Makassar menuju Bira amatlah menawan. Cuacanya pun sempurna. Jalanannya bagus, lurus tidak berbelok-belok. Kami sempat dibuat terkagum-kagum dengan galangan kapal Phinisi yang sedang dibangun di atas perairan Bira. Rupanya bus yang kami tumpangi tergolong lambat, sehingga ketika tiba di tempat penyeberangan ferry di Tanjung Bira kami harus menunggu ferry berikutnya 1 jam kemudian. Tapi masa penantian tersebut terganjar dengan kecantikan Selat Selayar dan indahnya sunset ketika selama 2 jam kami terapung dengan damai di atas lautan! Ada tiga buah pulau yang tak putus menemani kami di tengah Selat Selayar. Di sanalah saya pertama kali menyaksikan "rumpong", kearifan lokal pelaut Mandar yang tersebar di seluruh perairan nusantara.
Singkat cerita, setelah terapung-apung di atas Selat Selayar selama hampir 2 jam, kami berlabuh di Pamatata, ujung paling utara pulau ini. Perjalanan masih dilanjutkan dengan bus selama kira-kira 1 jam hingga mendarat di terminal kota Benteng. Di sana kami disambut oleh kak Chalis, tetangga keluarga Pak Shalahudin. Pak Shalahudin ini sendiri merupakan informan kami, paman dari salah seorang kawan saya di AFS, Agung dari chapter Bandung. Kami disambut dengan keramahan ala Selayar dan langsung diajak makan malam. Malam itu kami menginap di rumah saudara kak Chalis yang kebetulan kosong. Hmmm... Finally we made it :)
Senin, Februari 12, 2012
-Pagi-pagi benar kami sudah siap dengan jas almamater dan bubur manis buatan istri Pak Shalahudin. Dengan diantarkan oleh mobil kak Chalis, kami tiba di kantor Bupati Selayar. Kami langsung bertemu dengan Sekda-nya. Sambutannya positif. Setelah itu kami lanjutkan petualangan dengan menyebarkan proposal ke Dinas Perikanan dan Kelautan Selayar serta Dinas Kesehatan. Alhamdulillahnya lagi, ternyata Wakil Bupati Selayar adalah alumni Fakultas Hukum UGM! Di Pulau Selayar ini nama UGM jauh lebih besar daripada nama universitas-universitas lainnya di Indonesia, karena kebanyakan putra daerahnya menimba ilmu di sana. Luarbiasa, takdir Tuhan! :)
Setelah seharian berkeliling kantor-kantor, sorenya kami menengok lokasi KKN kami di desa Bontosunggu dan Bontotangnga. Wah, ada banyak PR buat kami! Potensi wilayahnya sebenarnya besar, lokasinya pun indah karena berada di pinggir laut. Hanya saja fasilitas di sana masih kurang memadai (padahal udah ada bandara kecil dengan penerbangan rutin ke Makassar dan Bali tiap harinya lho!). Kami juga menyempatkan diri untuk bermain-main di Pantai Pasir Putih Baloya, Bali-nya Selayar. Tempatnya damai dan indah, sayangnya ada banyak sampah yang terbawa oleh air laut menumpuk di pinggirannya. Sampah-sampah tersebut bukan milik penduduk lokal, namun kebanyakan berasal dari daratan Sulawesi yang terseret ombak hingga ke Selayar (pernyataan ini penulis legitimasi karena di Selat Selayar penulis melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana sampah-sampah dari Tanjung Bira melayang-layang terbawa arus laut menuju Pulau Selayar).
Selasa, Februari 14, 2012
-Tepatnya pasca sholat subuh kami sudah dijemput oleh bus "Sumber Mas Murni" di rumah saudara kak Chalis. Untung pada malam sebelumnya kami sempat berpamitan dengan keluarga Pak Shalahudin dan kak Chalis. Perjalanan kami nikmati semaksimal mungkin meskipun badan ini pegal-pegal. Kami sampai di Makassar sekitar jam 5 sore. Dinner di malam itu spesial, kami memasak Spagetthi untuk merayakan Valentine's Day kecil-kecilan ala makhluk-makhluk jomblo yang kesepian :D
Rabu, Februari 15, 2012
-Berhubung pesawat Kamil ke Jakarta berangkat jam 3 siang, maka pagi-paginya kami sudah muter-muter kota Makassar lagi. Saya mengajak mereka untuk makan di Popsa sekalian mampir ke benteng Fort Rotterdam di depannya. Pada saat yang bersamaan ternyata ada "kampanye terselubung demo", hehehe. Sore harinya, kami pun terbang kembali ke Jogja. Aaah... Liburan yang singkat tapi bermakna. Makassar, Selayar, tunggu kami empat bulan lagi ya! :)
Singkat cerita, setelah terapung-apung di atas Selat Selayar selama hampir 2 jam, kami berlabuh di Pamatata, ujung paling utara pulau ini. Perjalanan masih dilanjutkan dengan bus selama kira-kira 1 jam hingga mendarat di terminal kota Benteng. Di sana kami disambut oleh kak Chalis, tetangga keluarga Pak Shalahudin. Pak Shalahudin ini sendiri merupakan informan kami, paman dari salah seorang kawan saya di AFS, Agung dari chapter Bandung. Kami disambut dengan keramahan ala Selayar dan langsung diajak makan malam. Malam itu kami menginap di rumah saudara kak Chalis yang kebetulan kosong. Hmmm... Finally we made it :)
Memandang Sunset di Selat Selayar |
-Pagi-pagi benar kami sudah siap dengan jas almamater dan bubur manis buatan istri Pak Shalahudin. Dengan diantarkan oleh mobil kak Chalis, kami tiba di kantor Bupati Selayar. Kami langsung bertemu dengan Sekda-nya. Sambutannya positif. Setelah itu kami lanjutkan petualangan dengan menyebarkan proposal ke Dinas Perikanan dan Kelautan Selayar serta Dinas Kesehatan. Alhamdulillahnya lagi, ternyata Wakil Bupati Selayar adalah alumni Fakultas Hukum UGM! Di Pulau Selayar ini nama UGM jauh lebih besar daripada nama universitas-universitas lainnya di Indonesia, karena kebanyakan putra daerahnya menimba ilmu di sana. Luarbiasa, takdir Tuhan! :)
Setelah seharian berkeliling kantor-kantor, sorenya kami menengok lokasi KKN kami di desa Bontosunggu dan Bontotangnga. Wah, ada banyak PR buat kami! Potensi wilayahnya sebenarnya besar, lokasinya pun indah karena berada di pinggir laut. Hanya saja fasilitas di sana masih kurang memadai (padahal udah ada bandara kecil dengan penerbangan rutin ke Makassar dan Bali tiap harinya lho!). Kami juga menyempatkan diri untuk bermain-main di Pantai Pasir Putih Baloya, Bali-nya Selayar. Tempatnya damai dan indah, sayangnya ada banyak sampah yang terbawa oleh air laut menumpuk di pinggirannya. Sampah-sampah tersebut bukan milik penduduk lokal, namun kebanyakan berasal dari daratan Sulawesi yang terseret ombak hingga ke Selayar (pernyataan ini penulis legitimasi karena di Selat Selayar penulis melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana sampah-sampah dari Tanjung Bira melayang-layang terbawa arus laut menuju Pulau Selayar).
Selasa, Februari 14, 2012
Bersama Wabup Selayar, Alumni FH UGM |
Lokasi KKN kami |
Rabu, Februari 15, 2012
-Berhubung pesawat Kamil ke Jakarta berangkat jam 3 siang, maka pagi-paginya kami sudah muter-muter kota Makassar lagi. Saya mengajak mereka untuk makan di Popsa sekalian mampir ke benteng Fort Rotterdam di depannya. Pada saat yang bersamaan ternyata ada "kampanye terselubung demo", hehehe. Sore harinya, kami pun terbang kembali ke Jogja. Aaah... Liburan yang singkat tapi bermakna. Makassar, Selayar, tunggu kami empat bulan lagi ya! :)
No comments:
Post a Comment