Saturday, December 12, 2015

Hantu di Belanda

Dulu, badak bercula satu di ujung barat Jawa adalah unicorn
Cendrawasih yang bertengger di pohon-pohon tertinggi Papua adalah burung api phoenix
Manusia-manusia kerdil di Flores adalah leluhur hobbit-hobbit Tolkien
Pulau Banda masih dihuni naga saat Sindbad berburu pala
Dan hutan lebat Borneo adalah Eden yang dialiri oleh Barito, Kapuas, Mahakam dan Kahayan

Di negeri yang asing itu, letaknya sungguh jauh di timur
Ada banyak manusia
Ada banyak binatang
Ada banyak tumbuhan
Serta ada pula banyak hantu

Hantu mereka ini rupanya bermacam-macam ragam bentuknya
Ada yang rambutnya panjang
Ada yang tubuhnya berbulu dan hitam
Ada yang cebol dan gundul
Serta ada pula yang matanya biru dan rambutnya pirang

Mahluk-mahluk ini hidup tenang di pohon-pohon
Di kali-kali
Di lembah-lembah
Di gunung-gunung
Dan juga di rumah-rumah

Mereka hidup bersama manusia, meski tubuhnya kasad mata
Kadang mereka bahagia, kadang mereka sedih
Jika mereka marah maka manusia segera menghaturkan sembah
Membawakan senampan bunga dan setangkai dupa
Ke pohon-pohon, ke kali-kali, ke lembah-lembah, ke gunung-gunung, dan juga ke sudut-sudut rumah

Hantu-hantu ini sungguh hebat kuasanya
Namun juga begitu mudah diperdaya
Karena mereka bisa dibujuk takluk untuk masuk
Ke dalam botol
Ke dalam keris
Ke dalam lukisan
Ke dalam patung
Ke dalam naskah
Ke dalam cincin
Ke semua prakarya buatan tangan manusia

Alkisah suatu hari di negeri dongeng Bawah Angin ini
Tibalah sekawanan kerbau bule dari Barat yang diramalkan Jayabaya
Membajak negeri bunga seroja, menebar takut dan duka
Ketika akhirnya mereka angkat kaki pulang ke negerinya yang dingin di utara sana
Yang mereka sebut dengan nama Belanda dengan ratunya Juliana
Diboyong pula lah beraneka rupa
Botol-botol berharga
Keris-keris sakti mandraguna
Lukisan-lukisan indah tiada tara
Patung-patung halus lekuk lengkungnya
Naskah-naskah wewacan kuna
Serta cincin-cincin pusaka

Tak sadar mereka karena ikut pula memboyong hantu menyebrang samudera
Tak sadar pula hantu-hantu itu karena sudah berpindah negara
Berpindah mereka ke bumi yang alamnya sungguh berbeda
Lalu disimpan lah hantu-hantu itu di dalam gedung-gedung cantik bernama museum
Di kamar-kamar indah bilik koleksi istana

Kini, bagaimana cerita mereka?

Hantu-hantu itu tertidur sambil memegangi perut
Menahan lapar yang tak kunjung reda
Karena kini tak ada lagi sajen kembang dan dupa
Di pohon-pohon, di kali-kali, di lembah-lembah, di gunung-gunung, dan di rumah-rumah
Menanti-nanti waktu untuk terbebas
Sambil berdoa menitik mata 
Merindu untuk kembali berkiprah di tanah kelahirannya
Merindu sapa sembah senyum ramah manusia-manusia bumi surga

Leiden,
12 Desember 2015
9.47 PM



No comments: