Monday, May 31, 2010
Willem C. Vis East Report
Maaf friends, baru sempat nge-post my review sekarang :P
The East's Report
Monday, March 15, 2010 at 9:37am
Kakak-kakak dan teman-teman semua...
Alhamdulillah Team Willem C. Vis East UGM udah settle down di HK dengan selamat! :)
Dua hari yang lalu kami berangkat dengan pesawat Garuda Indonesia (Jogjakarta-Jakarta), kemudian disambung dengan pesawat Cathay Pacific (Jakarta-HK).
So much excitement! But also tiring, hehehe
Ada beberapa kendala kecil sih (ex: kopernya mbak Dhila rusak pegangannya, beberapa di antara kami kurang enak badan, dan luggage-nya Maral sempat ketukar ama kopernya bapak-bapak asing dari Finland!). Tapi alhamdulillah kita akhirnya bisa sampai di Konjen Indonesia juga... Dijemput ama staff konjen yang bernama mbak Widia (makasih mbak atas mini busnya :)) dan ketemu juga sama Mbak Lana, mahasiswi FH UGM yang lagi magang di HK (and you know what? ternyata dia AFSer juga! Returnee Jepang 2005! Hehehe, double happiness :)).
Causeway Bay
Okay, jadi selama di HK ini kami bakalan stay di lt. 5 Indonesian Building yang berlokasi di wilayah Causeway Bay. Busyet... Orang Indonesia di wilayah ini (terutama sabtu-minggu) sekampung banyaknya! Maklum, mereka adalah TKW-TKW yang pada libur setelah lima hari bekerja. Victoria Park berjarak sekitar 5 menit jalan kaki dari tempat kami, dan pemandangannya bagus. VP jadi ajang gaulnya para TKW Indonesia yang lagi liburan untuk janjian dengan sesamanya dari kampung halaman.
Hari Pertama, kak Dhila, Bu Dina, dan Mami Michelle pergi ke Konferensi Int'l mengenai CISG. Pagi-pagi banget mereka udah rapi memakai blouse dan bergegas menuju stasiun MTR untuk naik kereta ke City University of HK. Nabriz nemenin Maral kembali ke HK Int'l Airport untuk ngurusin luggage-nya yang tertukar. Momen kosong ini dimanfaatkan oleh 3 Muskee kecil kita (saya, Dahye dan Diva) untuk 'berthawaf' keliling Causeway Bay. Setelah capek muter-muter (dan makan mie goreng udang serta soto ayam di Restoran Indonesia 'Chandra' di Sugar Street), saya berhasil 'membujuk' Diva dan Dahye untuk naik MTR dan pergi menuju Mong Kok! Daerah yang terkenal dengan barang-barang murah dan Ladies Market-nya itu :)
Oh iya, kami juga sempat ketemu sama dua orang mbak-mbak TKW yang baiiiiiik.... banget! Mereka keren dan bersahaja... tak seperti bayangan akan TKW yang ada di dalam kepala saya selama ini (I'll write in more detail regarding their stories, next time).
Keliling seharian, kami kembali ke Konjen dengan kondisi tepar. Tapi malamnya, napsu menjelajah masih saja menggentayangi saya dan Diva. Kami lalu memutuskan untuk pergi ke HK Public Library yang ada di seberang victoria Park. Akses internetnya gratis dan cepat, perpustakaannya juga rapi dan nyaman. Pulangnya kami foto-foto di pinggiran jalan kayak orang gila, sampe-sampe diketawain ama kakek-kakek lokal (yang juga sama nggak jelasnya).
Hari Kedua, kami kembali ke Mong Kok. Tapi kali ini as the whole team, alias semuanya. Kembali ke Ladies Market dan kembali ditelan hiruk-pikuk bargaining thingies. Oh ya hampir lupa, hari ini kan mbak Dhila ultah, trus kami sempat ngasih dia surprise kecil-kecilan :) Dahye, Diva and I also brought her special gift :)
after all, i feel Capek...
Malamnya saya nyari informasi untuk bahan oral submission saya hari jumat ini. Besok, ditampilan perdana lomba, yang akan turun adalah Dahye dan Diva. Dua-duanya sekarang lagi latihan extra nih, hehehe. Yah, kita harus ingat donk, tujuan kita ke HK kan buat lomba bukan buat jalan-jalan :)
Mohon doanya guys... Kekuatan terbesar kita adalah kepercayaan kalian :)
Warm Regards,
Ahlul
A MONTH AFTER...
June 1st, 2010
Menyatukan beragam karakter manusia di dalam sebuah tim bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Demikian pula yang kami rasakan sebelum dan selama kompetisi Willem C. Vis East International Commercial and Arbitration berlangsung. Berawal dari seleksi untuk menentukan personil delegasi UGM, tiap kandidat yang diseleksi ditanyai kesediaannya untuk terikat dalam komitmen bersama tim ini. Kemauan saja tidak cukup, demikian pula jika hanya disertai dengan kemampuan bahasa yang bagus semata atau prestasi yang berderet. Setiap anggota dituntut untuk menyadari peran penting mereka selaku delegasi pertama dari UGM dalam kompetisi ini. Jika mampu menampilkan yang terbaik, maka keberlangsungan pengiriman serta peningkatan mutu delegasi UGM pada tahun-tahun mendatang akan menjadi perhatian pihak fakultas, terutama terhadap pengoptimalan penyediaan fasilitas, perizinan dan dana.
Sehubungan dengan latihan rutin serta keanggotaan di dalam tim, mengingat beragamnya kesibukan di luar kampus, aktifitas kemahasiswaan, serta padatnya jadwal kuliah, bentrokan waktu sering kali terjadi. Tidak jarang karena adanya konflik kepentingan, salah satu atau beberapa anggota tim terlambat datang dalam latihan rutin, bahkan berhalangan untuk hadir sama sekali. Akan tetapi, setelah dirembukan bersama-sama kembali, disadari bahwa saling mengerti dan mau terbuka terhadap sesama anggota merupakan kunci yang amat penting demi mewujudkan kepentingan bersama. Intensitas latihan tim kami tergolong amat tinggi. Latihan rutin berlangsung setiap hari, senin hingga jumat mulai pukul 17.00-22.00. Khusus hari sabtu dan minggu, latihan dimulai sekitar pukul 08.00-14.00 dengan beberapa pengecualian apabila telah disepakati oleh seluruh anggota.
Sistem latihan dibagi ke dalam dua fase. Fase pertama (Pra-Pleading) merupakan masa-masa awal introduksi terhadap materi serta konsep hukum dagang internasional yang menjadi ketentuan dalam kompetisi ini. Setiap tim diwajibkan untuk membuat ‘memorial’ atau semacam makalah yang berisi uraian argumen dan pembuktian dari sudut pandang kedua belah pihak yang berselisih (Claimant dan Respondent). Fase pertama juga merupakan tahap pemahaman, dimana setiap anggota tanpa terkecuali dituntut untuk memahami kasus, dengan tidak hanya membacanya, namun juga membuat timeline serta kata kunci-kata kunci yang muncul di kasus. Mengingat lebih dari setengah personil pada tim ini tergolong mahasiswa baru di Fakultas Hukum UGM, background knowledge yang masih belum mencukupi awalnya menjadi kendala. Akan tetapi setelah melalui serangkaian riset pribadi, bantuan konsultasi dari dosen-dosen dan senior, serta penelahaan kasus secara lebih mendalam, memorial tersebut dapat dirampungkan. Amat disadari banyak kekurangan di sana-sini setelah diadakan peninjauan kembali, akan tetapi mengingat batas waktu yang terbatas serta kondisi yang serba terbatas (bahan yang kurang memadai serta ketiadaan pelatih) hal tersebut dapat dijadikan sebagai evaluasi bagi delegasi yang akan berangkat berikutnya.
Fase kedua merupakan masa pelatihan oral-pleading atau fase penyampaian pembelaan secara lisan. Tim mendapatkan latihan bersama beberapa alumni dan expert selama seminggu di Jakarta. Meskipun tidak satu pun dari pihak-pihak di atas sebelumnya pernah terlibat langsung dalam kompetisi moot internasional yang bertajuk arbitrase dengan menggunakan hukum dagang sebagai ketentuan utamanya, bantuan mereka amat membantu tim dalam hal persiapan, ketatabahasaan, penajaman analisis, perluasan informasi, dan bayangan akan kompetisi moot yang berskala antarnegara. Beberapa anggota memandang fase ini sebagai salah satu yang tersulit, mengingat penentuan menang atau kalahnya sebuah tim dalam kompetisi ini amat bergantung terhadap performent mereka nanti dihadapan dewan juri yang terdiri dari para arbitrator. Terlebih lagi yang dinilai bukan hanya kemampuan membaca bahan yang berada dihadapan kita, atau seberapa bagusnya pengucapan atas kata-kata dalam bahasa Inggris, akan tetapi bagaimana cara kita menjawab statement pihak yang berseberangan dan berpikir secara hukum dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari dewan juri.
Akhirnya, setelah serangkaian penggemblengan serta pengucuran usaha, logistik dan doa oleh setiap anggota tim, delegasi kami berusaha menampilkan apa yang telah kami dapatkan selama kurang lebih lima bulan terakhir di Hong Kong City University. Berhadapan dengan delegasi lainnya dari berbagai macam negara merupakan tantangan, sejauh mana produk hasil pendidikan hukum di Indonesia dapat beradu taring di kancah peradilan semu internasional. Drama yang terjadi sepanjang proses pra-kompetisi ini turut pula menjadi bahan pemikiran kami untuk bertindak lebih bijaksana, profesional dan dewasa. Proses tersebut sebenarnya telah menjadi bagian dari perjalanan yang amat berarti dalam hidup kami. Terbukti, setelah persiapan-persiapan tersebut selesai dan kompetisi telah usai, kami mendadak merindukan saat-saat latihan dan malam-malam panjang yang dipenuhi dengan brain-storming atas precedents yang terhimpun dalam ribuan kata.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment