Thursday, June 3, 2010

Review: Prince of Persia The Sands of Time


Ada yang lucu ketika untuk kedua kalinya saya menonton film bergenre fantasy yang diangkat dari sebuah game ini.

Film yang dibintangi oleh aktor Hollywood berdarah Yahudi Jake Gyllenhaal ini berlatar sebuah dunia fiktif yang fondasi geografis dan sosio-kulturnya berasal dari dunia kita dengan setting masa kerajaan-kerajaan kuno. Sebuah negara adidaya yang bernama Persia, membentang wilayahnya dari Mesir hingga Iran. Seluruh kekayaan dunia mengalir ke dalamnya, dipimpin oleh seorang raja besar bernama Sharaman dan adiknya selaku second person-in command; Nizam. Diceritakan bahwa sang raja memiliki 2 orang putra, yang pertama bernama Pangeran Tus, dan yang kedua bernama Garsiv. Pada suatu hari, Sharaman beserta rombongan istana berjalan-jalan di sebuah bazaar (pasar rakyat). Hatinya tertarik oleh seorang anak gelandangan bernama Dastan yang amat cekatan menghadapi tentara-tentara Persia yang mencoba untuk menghukumnya. Singkat cerita, Dastan diangkat anak oleh sang raja, menjadi seorang pemuda berotot dengan prestasi tempur yang amat hebat saat menggempur kota suci Alamut demi melucuti senjata rahasia mereka yang menurut isu dapat menghancurkan kedigjayaan Persia.

Apa yang aneh dari film ini?

Jika anda adalah orang yang suka membaca sejarah dan aware dengan hal-hal yang berbau konspirasi, film ini sedikit menggelitik. Perhatikan, tujuan Persia untuk menyerang negara-kota Alamut adalah demi melucuti senjata yang berbahaya bagi keberlangsungan negri mereka. Di dunia nyata, hal seperti ini tidak terdengar asing kan? Pada tahun 2003 Pasukan Amerika berserta koalisinya menginvasi Irak yang saat itu berada di bawah rezim Saddma Hussein. Alasan mereka menggempur Baghdad adalah:to disarm Iraq of weapons of mass destruction (WMD), to end Saddam Hussein's support for terrorism, and to free the Iraqi people.

Anehnya, setelah 7 tahun lewat, hingga detik ini senjata yang dimaksudkan oleh President Bush dan Perdana Menteri Tony Blair itu tidak juga ketemu. Dikisahkan dalam film prince of Persia, Nizam menggunakan intelejen-intelejennya untuk memalsukan data bahwa Alamut memiliki persediaan senjata berbahaya. Ia berhasil membujuk Putra Mahkota Tus untuk menyerang negri yang dipimpin oleh kaum pendeta tersebut. Tujuan utama Nizam adalah untuk merebut belati ajaib yang dijaga oleh Putri Tamina dari Alamut. Dengan belati itu, siapapun dapat kembali ke masa lampau dan mengubah jalannya sejarah. Nizam memerintahkan penggalian di bawah jalan-jalan kpta Alamut karena di sanalah terdapat pasir ajaib tersebut. Ada yang kedengaran familiar? Ya, tentu saja. Pasukan Amerika Serikat tidak menemukan bunker atau markas penyimpanan rahasia Saddam Hussein ketika menggali di gurun-gurun Irak. Yang mereka temukan adalah tambang minyak, gudang kekayaan mentah yang jadi incaran segala bangsa.

Yang kedua, perlu disadari bahwa Hollywood suka sekali memutar image tokoh historis yang baik menjadi karakter jahat di dalam fil-film mereka. Ambil contoh Nizam dari cerita Prince of Persia. Seorang birokrat bernama Nizam memang benar-benar pernah hidup di muka bumi ini. Ia memegang kekuasaan yang besar atas kerajaan dan setiap kebijakannya mempengaruhi kehidupan rakyat. Bedanya, Nizam yang ini tidaklah sejahat dan setamak Nizamnya Hollywood. Abu Ali al-Hasan al-Tusi Nizam al-Mulk or Khwaja Nizam al-Mulk al-Tusi (خواجه نظام‌الملک طوسی in Persian; 1018 – 14 October 1092) was a celebrated Persian scholar and vizier of the Seljuq Empire. He was also for a short time the sole ruler of the Seljuk Empire. From 1063, he served the Seljuks as vizier and remained in that position throughout the reigns of Alp Arslan (1063-1072) and Malik Shah I (1072-1092). He left a great impact on organization of the Seljuk governmental bodies and hence the title Nizam al-Mulk which translates as "the order of state". He was pivotal figure who bridged the political gap between both the Abbasids and the Seljuks against their various rivals such as the Fatamids and the Buyids.

Aside from his extraordinary influence as vizier with full authority, he is also well-known for systematically founding a number of schools of higher education in several cities, the famous Nizamiyyah schools, which were named after him. In many aspects, these schools turned out to be the predecessors and models of universities that were established in Europe.

Nizam ul-Mulk is also widely known for his voluminous treatise on kingship titled Siyasatnama (The Book of Government). He also wrote a book titled Dastur al-Wuzarā, written for his son Abolfath Fakhr-ol-Malek, which is not dissimilar to the famous book of Qabus nama.

Nizam ul-Mulk was assassinated en route from Isfahan to Baghdad on the 10th of Ramadhan of 1092 AD. The mainstream literature says he was stabbed by the dagger of a member of the Assassins (Hashshashin) sent by the notorious Hassan-i Sabah near Nahavand, Persia, as he was being carried on his litter. The killer approached him disguised as a dervish.


You see the different? Hollywood juga pernah merusak image seorang perdana menteri (wazir) terbaik dan loyal yang pernah dimiliki dunia Islam di masa keemasan dinasti Abbasiyah. Jaafar, diceritakan dalam film disney Aladdin sebagai penasihat raja yang jahat dan haus kekuasaan. Ia dilambangkan selalu membawa tongkat dengan ujung berbentuk kepala ular kobra dan ditemani oleh seekor burung beo yang cerewet. Mau tau faktanya? Ja'far bin Yahya Barmaki (Persian: جعفر بن یحیی برمکی, Arabic: جعفر بن يحيى‎, ja`far bin yaḥyā) (767-803) was the son of a Persian Vizier (Yahya ibn Khalid) of the Arab Abbasid Caliph, Harun al-Rashid, from whom he inherited that position. He was a member of the influential Barmakids family. He was beheaded in 803 for allegedly having an affair with Harun al-Rashid's sister Abbasa.

He had a reputation as a patron of the sciences, and did much to introduce Greek science into Baghdad, attracting scholars from the nearby Academy of Gundishapur to help translate Greek works into Arabic (the so-called "Translation Movement". He was also credited with convincing the caliph to open a paper mill in Baghdad, the secret of papermaking had been obtained from Chinese prisoners at the Battle of Talas, in present day Kazakhstan in 751.


Terakhir, hal lucu ketiga yang ditampilkan dalam film fiksi Prince of Persia ini adalah keberadaan Alamut dan Hassansins. Alamut (bahasa Farsi: قلعه الموت atau hanya الموت yang dalam bahasa Arab dan Persia berarti istana kematian) adalah bekas benteng gunung yang terletak di tengah pegunungan Elburz, sebelah selatan Laut Kaspia, dekat dengan Gazor Khan, dekat Qazvin, sekitar 100 km dari ibukota Iran, Tehran. Hanya reruntuhan yang tersisa di benteng ini sekarang.

Sedangkan Hassansins berasal dari kata Hassasin. Hassasin (juga disebut Hashishin, Hashashiyyin atau Assassin) adalah cabang dari Islam Syi'ah Ismā'īlī. Mereka mendirikan beberapa pemukiman di Iran, Irak, Suriah dan Lebanon dibawah pemimpin karismatik Hasan-i Sabbah. Mereka mengirim orang yang berdedikasi untuk membunuh pemimpin penting Sunni, yang dianggap mereka sebagai "perebut takhta tak beriman." Sekte ini dihancurkan oleh bangsa Mongol. Benteng terakhir mereka dihancurkan oleh Hülegü Khan tahun 1272.

Kota Alamut merupakan kastil utama bagi para penganut sekte Hassasin. Hassasin sendiri amat sangat ditakuti di zaman mereka karena metode-metode pembunuhan secara diam-diam yang kerap mereka lakukan. Hassasin merupakan asal kata dari 'assassin' dalam Bahasa Inggris yang juga berarti pembunuh. Dalam film ini Alamut digambarkan sebagai kota suci para penyembah berhala (sekali lagi misplace, karena seharusnya bangsa Persia kuno menyembah api. akan tetapi arsitektur di film ini merujuk pada zaman Persia Islam, sehingga menimbulkan kerancuan dari segi sosio-kulturnya). Gambaran tentang Hassasin sedikit akurat, akan tetapi ditampilkannya tarian Darwis Berputar ala Rumi (Whirling Dervish) di tengah-tengah markas mereka merusak kesan historis film ini.

Well, demikianlah investigasi singkat saya. Despite all of those mistakes, I give thumbs up to the movie. I'm a big fan of fantasy, and I think this movie could be the next turning point of it.

All of the historical facts credited to Wikipedia

No comments: