Wednesday, June 9, 2010

How did Media help you to define someting?



Kejadiannya baru, sekitar hari jumat lalu. Berita video porno Ariel Peter Pan dan Luna Maya menyeruak ke tengah-tengah publik. Disusul beberapa hari kemudian oleh video porno Ariel yang kali ini berhubungan sex dengan Cut Tari, salah satu presenter acara gosip di stasiun TV swasta. Menurut isu, masih ada 32 video yang melibatkan Ariel dan artis-artis wanita lain.

Blow up case yang dilakukan oleh media ini membuat berita lainnya seakan kehilangan porsi. Kasus Bibit-Chandra dan KPK yang sempat terangkat lagi mendadak hilang begitu saja. Demikian pula dengan kutukan-kutukan terhadap Israel atas penyerangan yang mereka lakukan terhadap kapal Mavi Marmara bermuatan relawan yang sedang dalam perjalanan menuju Palestina. Semuanya tersita oleh Ariel Peter 'porn' dan rombongan artis bodoh yang rela ia tiduri.

Media, sejak dulu selalu memegang peranan untuk 'membantu' publik menentukan point of view mereka. Media sudah tidak lagi menjadi 'media' atau wadah, melainkah penyedia utama mainstream opinion di dalam masyarakat. Apa yang ditampilkan media melekat pada pikiran manusia, sehingga menjadi bagian dari credo atau belief dan sarana prejudice untuk melekatkan stereotype terhadap sesuatu.
Kebebasan pers merupakan salah satu ciri dari masyarakat yang berpikiran terbuka, beradab, serta maju. Akan tetapi, kebebasan pers yang terlampau besar dapat pula menjadi bumerang terhadap stabilitas sosial. Bayangkan jika apa yang diberitakan ternyata tidak benar, namun bayangan masyarakat terhadap image seseorang atau sesuatu hal sudah terlanjur melekat secara negatif.
Pada masyarakat tertentu dipercaya bahwa mereka yang memegang kendali atas dunia pers dan media, dialah penguasa dunia yang sesungguhnya. Masyarakat haus akan info, individu selalu akan mencari-cari cara untuk mendapatkan penghiburan atau kepuasaan hati. Salah satunya adalah melalui media: dengan melihat kehidupan orang lain.

Tertarik untuk mempelajari gejala ini? I do too :)

Mari bersama-sama kita awasi media, bukan hanya menjadi penikmat atau pengonsumsi, tapi juga sebagai pengamat agar terhindar dari mind-control.

The world is in your grasps!

No comments: