Monday, July 12, 2010

Dibunuh berulang kali



Saturday, June 27, 2009 at 10:30pm

Payahnya jadi orang miskin,
sudah dibodoh-bodohi, melarat lagi
setiap hari mendengar janji-janji pemerintah diiringi berbagai keluh kesah
dari mulut ibu, bapak, anak, istri atau suami

Memang payah jadi orang miskin,
nggak bisa sekolah, mencari ilmu atau menimba pengetahuan
lebih baik mengais isi tong sampah atau menimba air bersih
demi sesuap nasi atau untuk membeli minyak tanah
kalau tidak besok adik mau makan apa?

Sungguh payah jadi orang miskin,
melarat, seperti tikus di tanah
tak dipandang oleh mata; siapa yang sedia tengok baju kumal
kulit kusam, mata kemuning dan rambut nan gimbal?
program-program tercetus, disosialisasikan
tapi mengalirnya ke kantong orang berada juga
bukan ke tempat-tempat ibu-ibu muda yang hamil dan merayap-rayap di kolong jembatan

Benar-benar payah jadi miskin,
meski sudah disuapi, disuntiki, digiring atau didepak sekalipun
yang miskin-miskin itu masih suka berkeliaran juga
katanya tengah diberantas, tapi bagai bakal cendawan di musim hujan
mereka bertumbuhan
cikal-bakal sarjana yang lulus 3 juta per tahun
atau yang bakatnya hilang ditekan zaman dan kediktatoran
Meski dulunya sukses terdengar gaung dari Barcelona hingga Canberra
tapi kini meratapi nasibnya yang merana

Luar biasa payah memang jadi miskin,
rasanya hidup tak hanya sekali
terus menerus merasa dibunuh berkali-kali
siksa yang sama mereka alami
karena setiap tarikan nafas adalah siksa yang menusuk-nusuk dada
dan setiap detik adalah irisan yang menyisakan luka

Dibunuh berulang kali
mereka masih tetap saja hidup

Kasihan benar jadi orang miskin...

2 comments:

Sam Junaib said...

yes, it's so pathetic being poor...

louiebuana said...

"What can we do for the poor?" is the question and a tough homework for us...