Friday, June 21, 2013

Resensi Buku: Adrian Lapian's Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut

Adrian B. Lapian adalah seorang sejarawan yang langka. Disertasinya yang diterbitkan menjadi sebuah buku berjudul “Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut” merupakan sebuah buku sejarah dengan topik unik. Sebelum buku tersebut ditulis, tidak banyak sejarawan Indonesia yang berkutat dengan unsur kelautan nusantara. Boleh dikatakan bahwa Adrian B. Lapian merupakan Bapak Sejarah Maritim Indonesia yang juga merintis studi mengenai sejarah bahari di kawasan Asia Tenggara. Tak heran jika Shaharil Talib, Guru Besar Universiti Malaya pernah menjulukinya sebagai “Nahkoda Pertama Sejarah Maritim Asia Tenggara”.
            Buku setebal 390 halaman ini adalah sumber ilmu pengetahuan berharga akan keperkasaan bahari nusantara di kawasan Laut Sulawesi Abad XIX. Tidak banyak yang mengetahui bahwa selain kuatnya pengamanan jalur perdagangan internasional dari dan menuju Sriwijaya atau kegemilangan armada Majapahit, Indonesia menyimpan banyak cerita tentang kejayaan di laut. Buku ini menjadi semakin unik karena bahasannya yang tak biasa: bajak laut serta sepak terjang mereka di perairan di nusantara.Di samping materi yang terbilang baru pada masa itu (disertasinya ditulis tahun 1980), Adrian juga memberikan kritik kepada rekan-rekan sesama sejarawan yang lebih suka menulis tentang Indonesia dengan menggunakan sumber-sumber asing. Ia mengutip ucapan Van Leur yang mengibaratkan metode ini dengan ‘melihat sejarah dari geladak kapal Belanda dan benteng VOC’. Di halaman pertama bukunya Ia menulis:
"...usaha untuk mendekati sejarah kepulauan ini dari dalam lebih berupa pendekatan dari ‘pedalaman’ dan sering dilupakan bahwa sejarah dari dalam juga berarti bahwa pendekatan melalui geladak kapal Pribumi dan bandar pelabuhan tidak boleh diabadikan.” 
Adrian menekankan pentingnya melihat sejarah tentang laut melalui orang-orang yang hidup dari laut itu sendiri.
            Cetakan pertama buku yang diterbitkan oleh Komunitas Bambu ini muncul pada tahun 2009. Adrian membagi tulisannya menjadi enam buah bab. Di awal, Ia memaparkan kekeliruan cara pandang masyarakat awam akan “negara kepulauan”. Definisi atas negara kepulauan adalah negara laut utama yang ditaburi oleh pulau-pulau, bukan negara pulau-pulau yang dikelilingi oleh lautan. Ia membagi obyek bahasannya menjadi tiga entitas: orang laut, bajak laut, dan raja laut. Orang laut diklasifikasikan sebagai kelompok masyarakat yang hidup secara berpindah-pindah di atas perahu pada suatu kawasan perairan tertentu (sea nomads). Meskipun tidak mengenal sistem organisasi pemerintah dalam bentuk kerajaan atau negara, mereka memiliki wilayah dengan batasan-batasan “kedaulatan” yang dapat diwariskan dari generasi ke generasi. Raja laut merupakan pemegang kekuasaan atas kekuatan laut dalam lingkup area tertentu. Ia memiliki kekuasaan untuk menggunakan kekerasan atas siapa saja yang memasuki wilayahnya tanpa mengindahkan peraturan yang berlaku. Terakhir, Bajak Laut diartikan sebagai kelompok pelaut yang melakukan kekerasan di daerah kekuasaan Raja Laut atau meneror kehidupan Orang Laut. Bajak Laut tidak dapat digolongkan sebagai anggota masyarakat Orang Laut, mereka juga tidak dapat dianggap sebagai pemayar kerajaan Pribumi atau kekuatan kolonial. Bajak Laut adalah kelompok yang bertindak atas kepentingan diri sendiri atau kepentingan pemimpinnya.

            Setting yang menjadi obyek bahasan dalam buku ini ialah Laut Sulawesi. Melintasi batas-batas negara yang ditetapkan oleh Indonesia, Malaysia, dan Filipina pasca kolonialisme, Laut Sulawesi bermula dari pesisir Kalimantan Timur naik ke gugus kepulauan Sulu dan Mindanao lalu turun hingga kepulauan Talaud dan Sangihe di Sulawesi Utara. Perairan tersebut memiliki sejarah yang antara satu dengan yang lainnya tak dapat dipisahkan. Adrian mendeskripsikan secara detail kondisi iklim, topografis, hingga bahasa dan sistem kebudayaan bahari yang hidup di wilayah tersebut. Ia juga menceritakan interaksi antar kelompok-kelompok etnis dan pendatang yang memasuki Laut Sulawesi hingga kedatangan penjajah asing yang dipelopori oleh Portugis dan Spanyol.  

Bagi teman-teman yang merasa bahwa ada yang perlu dibenahi dengan kondisi maritim di negeri kepulauan ini, buku "Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut" ini penting untuk dibaca. Keluasan ilmu beliau serta idealismenya akan wawasan kelautan terpapar dengan jelas dalam setiap irisan kata. Sebuah buku wajib bagi mereka yang berminat untuk mengkaji sosio-historis serta aspek geografis dari laut Nusantara kita. 

No comments: