Tulisan ini sudah pernah saya muat di facebook note on Wednesday, October 14, 2009
Mari bersenam otak dengan 'merespon secara dangkal' terhadap quote-quote pemikir-pemikir hebat dunia yang kedengarannya juga 'dangkal'!
Einstein pernah mengatakan; "Imajinasi jauh lebih penting ketimbang ilmu pengetahuan'. Dulu, ketika baru pertama kali mendengarnya, saya belum paham benar akan maksud dari perkataan pria keturunan Yahudi yang didaulat sebagai orang terpandai di muka bumi ini. Bagaimana mungkin 'imajinasi' yang hanya berupa angan-angan dapat menduduki peringkat lebih tinggi ketimbang ilmu pengetahuan yang jelas-jelas merupakan sumber dari hasil pemikiran manusia yang tertinggi? Apakah seorang saintis NASA yang memikirkan bagaimana cara manusia dapat dipindahkan ke planet lain tidak lebih penting dari seorang penganggur malas yang kerjanya nonton tv (dan membayangkan Angelina Jolie menjadi istrinya)?
Rene Descartes pernah mengatakan 'Je pense, donc je suis', aku berpikir maka aku ada (eksis). Dulu saya menganggap frase ini sebagai hal terkonyol yang pernah eksis di muka bumi. Haruskah saya berpikir terlebih dahulu untuk menghadirkan diri saya di muka bumi ini? Bagaimana halnya dengan orang yang tidur (sedang tidak berpikir), apakah dengan kata lain mereka sebenarnya tidak eksis dalam kehidupan (walau hanya dalam beberapa jam saja di malam hari) karena tidak berpikir?
Plato berpendapat, idealnya sebuah negara haruslah dipimpin oleh ahli-ahli filsafat. Ini juga konsep yang terdengar tidak masuk akal ketika untuk pertama kali saya membacanya. Apa yang dapat dilakukan oleh filsuf-filsuf itu? Apa yang dapat mereka lakukan untuk menjalankan kelangsungan sebuah negara? Negara membutuhkan sesosok figur yang tidak hanya pandai berfikir cepat akan tetapi Ia juga harus dapat bertindak tegas dan nyata di dalam menjalankan pemerintahan. Terus-terang, di kepala saya saat itu yang namanya ahli filsafat alias filsuf itu adalah bapak-bapak botak (atau berambut putih gondrong), berjenggot, memakai jubah kumal nan panjang serta terus-terusan tenggelam dalam diamnya alam pemikiran mereka. Ok, jadi apakah saya mengehendaki pemimpin negara yang seperti itu?
Socrates memprediksi ide-idenya sendiri dengan redaksi seperti ini; "I know you won't believe me, but the highest form of Human Excellence is to question oneself and others." Well, on that moment sure I won't believe you, Sir. So sorry, but if you sure that kind of requirement (to question oneself and others) was the highest form of Human Excellence, then let me ask you this: 'who on earth will answer all of those questions?'. See, a philosopher like you could think about questioning something but never reveal the trully answer to the common people. And you let hundreds of unfinished problems to the people on the future, so they missinterpreted your stuff and make conclusions by their own.
Charles de Secondat, baron de Montesqieu pecaya bahwa 'pemerintah harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak ada rakyat yang takut antara satu sama-lain'. Filosofi yang kedengarannya masuk akal dan idealis, sayangnya tidak realistis. Pada kenyataannya pemerintahan itu tak akan dapat berjalan tanpa adanya hukum yang mengatur masyarakat, dan hukum dalam applikasinya pada kehidupan sehari-hari haruslah mengikat serta memiliki sanksi yang tegas. Mengapa harus ada sanksi? Agar warga masyarakat tidak melakukan pelanggaran. Sanksi digunakan sebagai alat untuk mengontrol rasa ketakutan dan keamanan. Hukum tidak akan membiarkan kekuasaan menunggangi hukum, akan tetapi sifatnya yang imperatif (memaksa) jelas-jelas menimbulkan rasa takut dibenak masyarakat (sekalipun mereka tidak melakukan pelanggaran hukum).
Setidaknya pendapat-pendapat seperti itulah yang saya anut (dengan dangkalnya dan tidak melalui uji-baca maupun diskusi mendalam untuk berargumen skeptikal seperti di atas) dan bertentangan dengan apa yang dipercayai oleh Einstein, Descartes, Plato, Socrates, dan Montesquieu. Peace y'all!
No comments:
Post a Comment