Akhirnya, setelah bulan-bulan yang penuh ketegangan... Indonesia di jelang usianya yang ke-70 tahun punya presiden baru! Joko Widodo dan Jusuf Kalla, pasangan yang dipilih dan dipercaya oleh rakyat untuk mengemban tampuk kepimpinan bangsa ini selama 5 tahun ke depan.
Ada
yang unik dari perayaan kemenangan pasangan Presiden Jokowi dan Wapres
JK kemarin malam. Begitu resmi diumumkan oleh KPU sebagai pasangan
terpilih, mereka berdua langsung berangkat ke pelabuhan
kapal tradisional Sunda Kelapa. Di sana, sebuah kapal phinisi bernama
"Hati Buana Setia" mereka jadikan tempat pilihan untuk mendeklarasikan
kemenangan rakyat.
Mengapa di atas phinisi?
(Terlepas dari kritikan JJ Rizal bahwa Jokowi salah pilih situs di Sunda Kelapa, demikian pula dengan tanggapan bahwa ternyata yang dinaiki oleh Jokowi itu sebenarnya PLM bukan phinisi asli) Saya rasa ini ada hubungannya dengan komitmen Jokowi untuk menjayakan kembali laut Indonesia. Berkaitan dengan cita-cita sebagai "Poros Maritim Dunia", yang sebenarnya mengulangi lagi masa kejayaan Sriwijaya, Majapahit dan Kesultanan Gowa. Di saat yang sama, pemilihan phinisi sebagai simbol budaya laut Makassar juga mengindikasikan keinginan Jokowi untuk berfokus pada pembangunan di kawasan Indonesia timur, yang selama ini selalu jadi anak tiri Nasional. Phinisi juga berarti penguatan kembali akar tradisi kebangsaan kita, melalui pembangunan yang tetap menampilkan ciri serta keunikan kearifan lokal tanah air.
Dari timur terbitnya matahari. Dari timur kita bangun negeri ini. Jika dulu kapal phinisi kebanggaan kita berlayar keliling dunia dengan muatan penuh berisi cengkih dan pala yang jadi harta karun bangsa-bangsa Eropa, hari ini phinisi itu berlayar membawa mimpi-mimpi kita bersama. Perahu yang kita nahkodai sebagai satu bangsa!
"Kuallea tallanga natowalia", ujar pepatah nenek moyang dahulu kala. Sekali layar terkembang pantang biduk surut ke pantai!
Mengapa di atas phinisi?
(Terlepas dari kritikan JJ Rizal bahwa Jokowi salah pilih situs di Sunda Kelapa, demikian pula dengan tanggapan bahwa ternyata yang dinaiki oleh Jokowi itu sebenarnya PLM bukan phinisi asli) Saya rasa ini ada hubungannya dengan komitmen Jokowi untuk menjayakan kembali laut Indonesia. Berkaitan dengan cita-cita sebagai "Poros Maritim Dunia", yang sebenarnya mengulangi lagi masa kejayaan Sriwijaya, Majapahit dan Kesultanan Gowa. Di saat yang sama, pemilihan phinisi sebagai simbol budaya laut Makassar juga mengindikasikan keinginan Jokowi untuk berfokus pada pembangunan di kawasan Indonesia timur, yang selama ini selalu jadi anak tiri Nasional. Phinisi juga berarti penguatan kembali akar tradisi kebangsaan kita, melalui pembangunan yang tetap menampilkan ciri serta keunikan kearifan lokal tanah air.
Dari timur terbitnya matahari. Dari timur kita bangun negeri ini. Jika dulu kapal phinisi kebanggaan kita berlayar keliling dunia dengan muatan penuh berisi cengkih dan pala yang jadi harta karun bangsa-bangsa Eropa, hari ini phinisi itu berlayar membawa mimpi-mimpi kita bersama. Perahu yang kita nahkodai sebagai satu bangsa!
"Kuallea tallanga natowalia", ujar pepatah nenek moyang dahulu kala. Sekali layar terkembang pantang biduk surut ke pantai!
Kawal terus!
No comments:
Post a Comment