Monday, May 19, 2014

Cinta Pertamaku

Apa buku yang pertama kali Anda baca dalam hidup ini? Ketika banyak orang yang masih mengingat bagaimana pahit-manisnya cinta pertama, apakah Anda masih mengingat buku pertama Anda?

Bertahun-tahun yang lalu, sewaktu masih duduk di bangku kelas 2 SD Madrasah Ibtidaiyyah An-Nur Kampung Alor, Dili (Timor-Timur) rasa penasaran telah menggerakkan saya untuk mengambil sebuah buku tebal dari lemari putih Bapak di ruang TV. Buku itu berjudul Ihya’ Ulumuddin karangan Imam Al Ghazali. Saat itu saya baru saja lancar membaca, sudah dapat memahami kalimat-kalimat yang sedikit panjang. Mungkin karena jenuh dengan buku bergambar dan komik (Doraemon Petualangan di Dunia Mimpi, Sailor Moon seri yang berwarna dan Dragon Pigmario merupakan manga-manga pertama saya) Ihya’ Ulumuddin pun menjadi buku pertama yang saya jadikan latihan “membaca serius”.

Ternyata kegiatan ini diketahui dan didukung oleh Bapak. Tidak hanya mengizinkan untuk membaca Ihya’ Ulumuddin, ia bahkan menunjukkan sebuah buku tebal berjudul Sejarah Muhammad karya Muhammad Husain Haikal. Buku biografi tentang Nabi Muhammad ini amat terkenal karena memposisikan beliau sebagai seorang manusia dengan pandangan yang obyektif dan jalur pencitraan yang lepas dari nuansa religius. Buku itu menarik sekali, dan terus terang merupakan perjumpaan pertama saya dengan Nabi Muhammad melalui jalur tulisan (sebelumnya saya hanya mendengar kisah-kisah beliau melalui tradisi lisan yang diteruskan oleh guru ngaji serta guru agama di madrasah ibtidaiyyah). Membaca langsung mengenai Nabi Muhammad dalam figurnya sebagai seorang lelaki, suami, dan ayah dari anak-anaknya membuat saya dekat dengan beliau. Bahkan imaji terhadap sosok beliau sebagai manusia biasa jauh menempel lebih kuat ketimbang imaji manusia suci yang disodor-sodorkan oleh guru-guru agama.

Anyway, novel  pertama yang saya baca ialah Goosebumps berjudul Mesin Tik Hantu. Meskipun bukan merupakan serial Goosebumps yang paling oke, novel ini tetap punya kenangan istimewa di dalam kehidupan saya, karena inilah untuk pertama kalinya saya bisa baca buku ‘keren’. Saat berusia 7 tahun, Goosebumps sedang booming-boomingnya. Booming ini juga menjangkiti kedua orang kakak saya. Akan tetapi karena dianggap masih terlalu kecil untuk memahami ceritanya yang ‘remaja’ maka saya hanya diperbolehkan untuk membaca komik. Goosebumps membantu memperkaya imajinasi saya. Termasuk novel favorite saya selanjutnya, Harry Potter. Novel Harry Potter pertama yang saya baca ialah jilid keduanya, Harry Potter and the Chamber of Secret. Saat itu kami sekeluarga telah hijrah dari Dili ke kota Lubuk Sikaping, usia saya 10 tahun. Saya pertama kali mengetahui informasi tentang Harry Potter dari newsletter Gramedia Junior yang dikirimkan setiap tiga bulan sekali (dan selalu terlambat seminggu lebih). Keren sekali rasanya ketika membaca resensi Harry Potter. Sayangnya untuk pergi ke Gramedia di kota Padang berarti saya harus naik mobil selama 4 jam melewati jalanan yang berliku-liku di kanan-kiri jurang dan tak jarang membuat orang mabuk kendaraan. Itulah yang kemudian membuat saya amat menghargai Harry Potter serta buku-buku lainnya yang saya beli di Padang. Akses serta derita jarak yang sulit mendorong saya untuk benar-benar mencintai serta mengkaji buku-buku tersebut.
Membaca naskah La Galigo edisi Middelburg. Tidak hanya buku bacaan, saya pun tergila-gila dengan naskah kuno semenjak Lontara Project berdiri tahun 2011 silam.
Hari ini saya bersyukur sekali mendapatkan kemudahan dalam mengakses buku. Entah itu di Makassar apalagi di Yogyakarta. Buku adalah cinta pertama saya, yang sampai sekarang pun masih membuat saya mabuk kepayang. Terkadang dalam 1 minggu saya dapat pergi ke toko buku hingga 2-3 kali. Walau terkadang belum menyelesaikan sebuah buku, saya sudah gatal saja ingin membeli yang lainnya.
Benar adanya pepatah yang mengatakan bahwa buku adalah jendela dunia. Ada banyak tempat yang saya datangi hanya melalui buku, dan ada banyak pula tempat yang secara fisik saya kunjungi juga karena pengetahuan di dalam buku. Saya bangga punya hobi membaca. Saya bangga menggemari buku.


Makassar,
20 Mei 2014